Mungkin banyak yang tak percaya, ternyata ketika kita melakukan komunikasi dari hari hari kehari, hanya 35 % komunikasi dilakukan dengan verbal (kata-kata, kalimat atau suara). 65% kita berkomunikasi menggunakan bahasa non verbal, komunikasi yang dilakukan dengan berbagai bahasa isyarat. Wah.... ini tentu bukan hanya ditebak- tebak, tapi adalah hasil penelitian seorang pakar komunikasi Albert Mehrabian. Menurut beliau berkomunikasi dengan kata-kata hanya berdampak sebesar 7 %, tetapi berkomunikasi dengan nada suara, infleksi dan bunyi yang lain-lain berdampak sebesar 38% terhadap komunikan. Nah.... contoh ini agak gampang dianalisa, ketika kita suruh orang pergi dari suatu tempat yang berbahaya biasanya responnya pasti menganalisa dulu bahkan ada yang menanggapi dengan cara acuh tak acuk, walau ada juga yang langsung berangkat. Tetapi ketika ditempat tersebut kita bunyikan suara yang menakutkan dengan nada keras biasanya langsung direspon dengan cepat. Artinya efek suara lebih besar dari efek kata-kata.
Nah sekarang kita bahas berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Bahasa isyarat, bahasa yang disampaikan dengan gerakkan, mimik, ekspresi wajah, atau simbol-simbol yang dibangun dengan bagian tubuh kita atau ringkasnya berbicara/berkomunkasi dengan anggota tubuh. Anggota tubuh dimulai dari kepala sampai ke ujung kaki, anda bisa bayangkan berbagai bentuk gerak yang dapat dilakukan dengan tubuh, termasuk emosi, mimik yang sangat dipengaruhi oleh situasi emosional kita. Pokoknya seluruh anggota tubuh kita dapat berbicara dan menyampaikan pesan sesuai suasana hati kita. Bahasa keren bahasa tubuh ini adalah gestur.
Ketika tubuh bicara atau bahasa tubuh setiap orang tentu saja berbeda walau menyampaikan pesan yang sama. Dari penelitian para pakar komunikasi ternyata ada bahasa tubuh yang bersifat universal dan ada yang bersifat lokal. Sifat-sifat alami seperti sedih, senang dan marah ternyata hampir diekspresikan sama diseluruh budaya di dunia, walaupun ada perbedaanya tetapi banyak kemiripannya. Seperti sedih, hampir semuanya mengungkapkannya dengan menangis, muka lesu dan lemas, kening berkerut, walau ada juga yang mengungkapkannya dengan cara berteriak sepuas-puasnya. Begitu juga dengan perasaan senang, hampir semuanya diungkapkan dengan senyuman dan wajah berseri, walau ada juga yang bersorak-sorak. Orang akan menggangguk untuk mengatakan iya atau setuju dan menggeleng untuk mengatakan tidak atau tidak setuju. Nampaknya bahasa tubuh menganggukkan kepala merupakan bahasa tubuh yang dibawa sejak lahir buktinya adalah bayi ketika sudah kenyang minum susu, ia akan menggeleng untuk menolak payudara ibunya.
Nah bagaimana kita menerima pesan dari bahasa tubuh sesorang tersebut, bukankah ada bahasa tubuh kamuflase atau berbohong atau sebenarnya tidak sedang berkomunikasi. Tidaklah semua gerakkan tubuh dapat dikategorikan sebagai bahasa tubuh. Seseorang mengangkat gelas berisi air untuk diminum bukanlah sebuah komunikasi karena tidak ada pesan tersirat dari gerakkan tersebut melainkan rutinitas biologis setiap orang. Bahasa tubuh yang dapat dikatakan sebagai bahasa isyarat adalah apabila gerakkan yang timbul atau dibuat ketika berhadapan dengan lawan bicara atau sedang berkomunikasi dengan orang lain. Atau ketika seseorang sedang mengekspresikan sesuatu yang berkaitan dengan perasaan emosi seseorang. Oke.... kita perlu contoh bari bahasa tubuh tersebut, umpamanya seseorang mengacungkan jempol tetapi terbalik pada sesorang ini adalah menyatakan meremehkan orang lawan komunikasinya. Atau seseorang menutupkan telunjuk pada bibirnya sambil mendesis itu adalah tanda menyuruh diam dan mohon ketenangan. Nah tentu perlu penjelasan kondisi bahasa isyarat berdasarkan konteksnya (nantikan tulisan selanjutnya), tetapi tidak semuanya gerakkan berarti bahasa isyarat. Seseorang menggaruk-garuk kepala karena ketombe bukanlah berarti dia sedang menyatakan sesuatu pada lawan komunikasinya, beda dengan sesorang ditanya tetapi tak mampu menjawab lalu menggaruk kepala berarti kebingungan. Mungkin juga keduanya berada pada kondisi bersamaan, tetapi keduanya memberikan penjelasan berbeda.
Nah bagaimana pula kalau bahasa tubuh yang kamuflase atau membohongi audien. Tentu ini tidaklah sulit untuk memberikan contohnya, karena saat ini masyarakat kita sedang demam dengan sinetron atau infotaimen. Seorang Olga Syahputra harus tersenyum ketika harus membawakan acara dahsyat yang uforia dan gembira, tetapi sesungguhnya Olga sedang bersedih karena mungkin salah seorang keluarganya sedang sakit. Nah Ketika Olga tersenyum saat membawakan acara tersebut bukanlah mengkomunikasikan suasana hati yang sesungguhnya. Karena komunikasi dengan tubuh lebih banyak dipengaruhi oleh suasana hati atau emosi kita sewaktu melahirkan gerakkan tersebut, sehingga gerakkan yang dikondisikan dengan skenario bukanlah menjadi bagian dari bahasa tubuh atau bahasa tubuh kamuflase/bohong.
Oke..... membicarakan bahasa tubuh tentu kita akan melihat perbedaan tabiat seseorang. Tabiat tentu saja mempelajari budaya banyak orang, banyak kebudayaan. nah... pada bahasan selanjutnya akan dijelaskan bahasa tubuh berdasarkan bagian tubuh, berdasarkan perbedaan budaya dan jarak komunikasi. Tunggu di Bloparia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar