Rabu, 20 Juli 2011

Kulihat Tuhan saat Kematian (kisah nyata)

Tenyata yang ada pada manusia adalah kesombongan, walaupun sisi lainnya ada kebaikan dan kepasrahan. Manusia merasa yakin dengan kemampuannya sehingga lupa bahwa sesungguhnya tuhan lah yang memiliki segalanya. Beberapa hari yang lalu salah seorang sahabat dekat saya dirawat di salah satu rumah sakit terbesar di kota Padang. Awalnya sahabat saya mengalami pendarahan hebat karena habis melahirkan. Si bayi telah meninggal duluan sehari sebelum saat melahirkan, tetapi ahli medis bagian kebidanan menganjurkan supaya bayi dilahirkan secara normal. Akhirnya diberikanlah pertolongan dengan obat perangsang melahirkan (keterangan salah seorang bidang). Berselang 10 -12 jam rasa sakit yang dialami oleh sahabat saya tersebut, akhirnya bayi pun terlahir walau sudah tidak bernyawa lagi. Perawatan terus berlanjut seperti normalnya proses persalinan.

Setengah jam setelah proses kelahiran si ibu bayi minta mencium bayinya yang sudah meninggal, saat itu terjadi hal yang mengejutkan si ibu terlihat pucat dan menggigil. Beberapa menit selanjutnya terjadi pendarahan hebat, dari rahimnya memuncrat darah segar bagaikan mata air yang tak bisa dibendung. Kasus ini terjadi di salah satu rumah sakit daerah di Kota Batusangkar. Kaget dan menakutkan tidak hanya bagi keluarga tapi juga bagi perawat kebidanan yang ada. Saat itu juga sahabat saya dirujuk kerumah sakit di Kota Padang (95 km dari Batusangkar).

Perjalanan mendebarkan dengan ambulan. Diperjalanan oksigen sempat habis, darah disuplai 8 kantong, infus 2 kantong, sebuah kondisi yang mendebarkan dan membuat semua keluarga yang ada terlihat pucat, berkeringat dan menahan emosi. Wajah muram!!, untungya sahabat saya masih sadarkan diri.

Instalasi Gawat Darurat dengan sigap melayani sahabat saya. Pasien langsung masuk bagian kebidanan, semua keluarga dilarang masuk. Dokter dan perawat bekerja keras memberikan bantuan, sementara diluar keluarga dengan wajah tegang berdoa. Ya Allah selamatkanlah sahabat, anak, saudara, istri, keponakan kami.

Dua jam kemudian satu persatu keluarga dapat melihat, sedikit tercermin harapan diwajah kami. Sahabat saya terbaring lesu, pendarahan telah berhenti, infus masih terpasang. Malamnya sekitar jam 20.00 sahabat saya dipindah ke kamar perawatan kebidanan. Sahabat saya sadar pascaperawatan di IGD. Dia tersenyum dan menghibur kami….saya ada dimana kata-kata pertamanya. Satu persatu kami menghampiri dan menghibur, sedikit kegelisahan telah berkurang.

Ternyata kegelisahan terbesar baru muncul, Sebelum pagi perut sahabat saya membesar lagi seperti hamil 8 bulan. Siang kondisinya semakin drop, tidak lama kemudian diaknosis dokter mengatakan pasien gagal pernafasan dan gejala sakit kuning (hepatitis B). Pasien dirujuk ke ICU (Instalation Care Unit), keluarga kaget dan sock. Penyakit apa sesungguhnya yang dialami sahabat saya dan seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan keluarganya. Rasa penasaran mendorong saya membantu keluarganya ikut mengurus surat ke ruang ICU. Masyaalah.. ssalah seorang dokter (saya tidak tahu persis dokter atau pengurus ruangan ICU) menjelaskan sewa alat dan mesin sejuta sehari dan biaya obat 3 juta sehari. Setengah linglung biaya sangat besar dan penyakitnya tidak diketahui. Saya coba bertanya apa kira-kira yang dialami oleh sahabat saya,….jawabnya pasien mengalami gangguan hati dan gagal pernafasan, jadi harus dibantu dengan mesin (teknologi) yang ada di ruangan ICU. Karena panik, tanpa membaca dengan rinci surat persetujuan rawat dan ketentuan-ketentuan lainnya pun di tandatangani. Pasien masuk ruang ICU diantar oleh beberapa perawat dan dokter.

Belum sampai 5 menit setelah membaca rujukan dari bagain kebidanan salah seorang perawat menyerakkan kertas resep untuk ditebus diapotik (isinya selang alat bantu pernafasan berikut obat-obatannya) setelah ditebus harganya hampir 2 juta. Tubuh pasien dipenuhi oleh selang-selang. Lima belas menit kemudian datang lagi satu resep permintaan darah yang isinya 10 kantong trambosit dan 10 kantong FFP (saya tidak mengerti tentang resep tersebut). Setelah menunggu komfirmasi dari PMI dan ternyata harganya 5 juta rupiah (250 ribu per kantong). Sampai saat tersebut belum juga ada komfirmasi apasih penyakit yang diderita sahabat saya. Setengah jam kemudian ada resep baru untuk ditebus diapotik sakit yang nilainya 757 ribu rupiah. Keluarga sangat panik, semuanyaa harus ada pada saat tersebut, awalnya hanya diperkirakan 4 juta ternyata dari malam sampai pagi saja mengeluarkan uang 11 juta rupiah. Sock Ketika keluarga diizinkan melihat ternyata pasien sudah koma, penderitaan yang luar biasa badan terlihat membengkak, nafas bergantung pada mesin. Kehidupan hanya terdeteksi melalui komputer.

Siangnya Saya dan keluarga bertanya pada dokter tentang penyakitnya. Dokter bilang pasien gagal ginjal akut, kehidupan pasien bergantung pada mesin selama mesin masih terpasang pasien masih terbantu. Keluarga semakin panik. Siangnya saat membesuk lagi keluarganya sempat membuka mata pasien. Saat itulah dari mata yang kaku dan dingin seakan bicara tolong panggilkan keluarganya yang lain, dia mau minta izin, dan cabut semua slang dari mesin ini. Seakan ini adalah pembicaraan nyata, ketika mata nya dilepas dada ini terasa sangat padat seakan mau meletus, saat itu juga semua keluarga dikumpulkan dan membesuk untuk terakhir kalinya. Paginya hanya dilepas oleh sang bapak dia berhenti bernafas, mesin tak sangup membantunya.

Entah kenapa pada saat lampu terang benderang dalam ruangan ICU, semuanya terdiam secara bersamaan, anehnya lampupun terasa tidak bercahaya alias buram. Saya berkeringat dan yang lain juga mengaku merinding. Saya merasa ada sesuatu yang teramat kuat, teramat agung dan sangat berkuasa dalam ruanga tersebut. Saat bersamaan si bapak juga membisikkan ayat suci ketelinga sahabat saya, berselang beberapa detik komputer memberi tanda sebuah kematian. Innalillahi wainna illaihirojiun, telah berpulang menemui ajalnya sahabat saya, sekalipun kehebatan manusia membuat mesin dengan teknologi yang terhebat sekalipun tidak mampu menunda satu detikpun kematian tersebut. Anehnya saat itu juga ruangan kembali terasa terang benderang dan semua kami tersentak seakan tidak percaya bahwa ada yang telah merengut nyawa sahabat kami yaitu sang pemilik ALLAH swt melalui malaikatnya. Aku yakin telah melihat keberadaan tuhan saat kematian sahabat saya, lewat kuasanya, sekalipun saya tidak yakin dapat bersua dengan-NYA. Aku meyakini tuhan karena manusia tak mampu mengatasinya, manusia hanya sombong dengan kemampuan sementara dengan alam nyata. Manusia terlaku yakin dengan sedikit ilmu dan mengangap tuhan hanya kemubaziran, iluusi agama dan kebodohan. Biarlah Mukjizat Allah yang membenarkan hati yang tersesat tersebut dan sahabat kami dibawa ketempat yang terbaik disisi-NYA. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar